Thursday, April 23, 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INKLUSIF DAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA

WE Online, Jakarta - Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif atau mencakup keseluruhan lapisan masyarakat sehingga tidak hanya segelintir orang saja yang diuntungkan bakal memiliki dampak yang besar guna mengatasi kemiskinan."Pertumbuhan, bila menuju kepada penciptaan lapangan pekerjaan yang baik, khususnya kepada warga miskin, perempuan, dan bagi orang-orang yang termarjinalkan dapat memiliki dampak yang sangat besar bagi kemiskinan," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/9/2014).Presiden Bank Dunia menyatakan, pihaknya memiliki sejumlah sasaran yaitu antara lain mengakhiri kemiskinan ekstrim pada 2030.Dalam rangka mencapai hal tersebut, lanjutnya, maka fokus yang akan dipusatkan adalah mengenai pembagian kesejahteraan yang lebih merata atau dengan kata lain meningkatkan pertumbuhan penghasilan dari 40 persen warga terbawah dari negara-negara berkembang."Ini pertama kalinya kami benar-benar menyorot terkait pertanyaan ketimpangan ini," katanya.Menurut dia, tidak ada seorang pun pemimpin dunia yang tidak menginginkan lebih banyak lagi pertumbuhan yang inklusif dan kesejahteraan yang lebih merata.Jim Yong Kim mengungkapkan, setiap pemimpin dunia yang ditemui selalu mengemukakan bahwa mereka menginginkan pertumbuhan ekonomi, tetapi dengan cara di mana setiap orang dapat turut berpartisipasi dan merasakan manfaatnya.Ia mencontohkan pembangunan infrastruktur jalan adalah penting khususnya di negara-negara berkembang, tetapi lebih esensial bila jalan yang dibuat misalnya dapat memberikan petani miskin akses yang lebih besar kepada pasar perekonomian.Sebelumnya, di Indonesia, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengatakan, kesenjangan ekonomi antarwilayah yang berdampak kepada kemiskinan di sejumlah daerah dapat dipecahkan dengan menerapkan regionalisasi dan pemerataan yang tepat."Regionalisasi dilakukan dengan mengonsentrasikan pusat pertumbuhan di kota-kota pada kawasan yang berkembang sehingga dengan sedikit sentuhan akan mampu mendorong kawasan lain untuk berkembang," kata Hermanto Dardak.Menurut dia, kebijakan pemerataan tersebut dilakukan dengan langkah intervensi yang lebih besar oleh pemerintah sehingga kawasan di sekitarnya pada gilirannya dapat turut berkembang dan meningkat kesejahteraannya.Ia mengemukakan bahwa Indonesia telah menetapkan PP No 26/2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang memuat 112 kawasan andalan darat dan 45 kawasan andalan laut yang ditetapkan berdasarkan dua pertimbangan utama, regionalisasi dan pemerataan.

MASALAH PENGANGGURAN DI INDONESIA

Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan  jumlah lapangan pekerjaan yang mampu diserap. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang. Sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat dari jangka panjang terhadap pengangguran adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Dalam pembangunan Nasional, kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja. Untuk menumbuh kembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan termasuk akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.
Tingkat pengangguran di Indonesia semakin tinggi dikarenakan arus globalisasi yang semakin pesat. Permasalahan tentang pengangguran sudah merajalela dari masyarakat mampu sampai masyarakat yang kurang mampu. Pengangguran itu biasanya mempunyai  peluang untuk melakukan tindakan kriminal. Karena seseorang yang menganggur itu sama dengan yang lainnya mempunyai suatu kebutuhan baik sandang, pangan dan papan. Apabila kebutuhan itu belum terpenuhi, maka setiap orang akan melakukan hal apapun agar segala sesuatu yang diinginkan tercapai. Apalagi kebutuhan akan pangan yang tak ada kompromi, apapun akan dilakukan masyarakat jika sudah dihadapkan kepada faktor kebutuhan tersebut. Pengangguran merupakan keadaan dari seseorang yang mengalami hambatan dalam usahanya untuk memperoleh pekerjaan. Pengangguran itu merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada. Selain itu pengangguran juga merupakan beban keluarga dan masyarakat serta merupakan sumber utama dari kemiskinan serta dapat menghambat  pembangunan nasional dalam jangka panjang. Pembangunan nasional ke depan, sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia yang sehat secara mental dan fisik serta mempunyai keterampilan, keahlian dan kekreatifan sehingga mampu membangun keluarga yang berkecukupan. Karena dari keterampilan dan keahlian tersebut, setiap orang bisa menciptakan lapangan kerja dan mempunyai penghasilan yang layak. Masalah pengangguran tidak hanya menerpa masyarakat kalangan bawah saja. Masyarakat yang dirasa berkecukupan pun mengalami permasalahan tersebut. Banyak faktor yang mendukung terhadap permasalahan pengangguran, antara lain :

v  Faktor Kemiskinan

Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar.
Contoh : Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan “uang jerih payah”. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.

v  Faktor Pendidikan

Banyaknya anak putus sekolah juga merupakan salah satu faktor yang menunjang  pengangguran. Karena untuk bekerja di zaman sekarang, harus bisa calistung (baca, tulis,hitung) minimal tamatan SLTP. Itupun hanya pekerjaan berkisar Pembantu Rumah Tangga (PRT), Baby Sitter, dan lain-lain. Namun, di era globalisasi sekarang sudah ada agen baby sitter dan PRT. Jadi semakin sulit anak yang putus sekolah itu mendapatkan  pekerjaan yang berpenghasilan layak. Dari Pendidikan juga belum ada kurikulum yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

v  Faktor Keahlian

Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat  prakarya, dan lain-lain. Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.

v  Faktor Budaya

Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.

v  Faktor Pasaran

Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.

Permasalahan pengangguran ini berdampak buruk bagi pemerintah. Karena menghambat  program pemerintah dalam pemerataan pembangunan, juga menghambat program pemerintah untuk memakmurkan bangsa Indonesia.Maka dari itu pemerintah membuat solusi-solusi untuk mengurangi pengangguran. Pengangguran tidak bisa dihilangkan tetapi hanya bisa dikurangi. Mengingat keadaan ekonomi bangsa Indonesia itu sendiri yang masih belum mapan.


TINDAKAN PEMERINTAH DALAM MENGATASI PENGANGGURAN

Untuk mengatasi masalah pengangguran pemerintah telah membuat 5 kebijakan, antara lain :
  1. Mengubah kebijakan politik ekonomi makro, agar merangsang pertumbuhan ekonomi yang kemudian bisa menciptakan lapangan kerja baru.
  2. Membuat kebijakan fiskal dan moneter yang juga ramah terhadap tenaga kerja.
  3. Kebijakan ketiga, membangkitkan kembali kegiatan di sektor riil terutama yang bergerak di sektor usaha kecil dan menengah (UKM).
  4. Melakukan reformasi di bidang pertanahan. Selama ini tanah untuk kegiatan produksi, lebih banyak dikuasai secara terbatas oleh kalangan terbatas pula.
  5. Kebijakan kelima yang secara khusus sedang digarap Depnaker sekarang, ujar Pasaribu, melipat gandakan usaha peningkatan tenaga kerja di lingkungan keluarga yang  berpendapatan kecil. Hal itu dilakukan melalui kerja sama dengan kelompok pengusaha kecil dan menengah dari Jepang. Pemulihan ekonomi juga merupakan alternatif utama yang dilakukan pemerintah. Namun belum terlihat hasilnya, dikarenakan keadaan ekonomi Indonesia juga yang terlibat hutang dengan luar negri. Pemerintah juga mengajukan 2 kebijakan untuk mengatasi masalah pengangguran. Yaitu kebijakan makro (umum) dan kebijakan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang  berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter  berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Sedangkan kebijakan Mikro dijabarkan menjadi beberapa poin, antara lain :

  • Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.
  • Melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
  • Mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja.
  • Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).
  • Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan.
  • Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan  perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru,  justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur. Mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau- pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan inovatif.

KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi inklusif di indonesia sebenarnya sangat berdampak baik pada berkurangnya kemiskinan serta pengangguran karena adanya penciptaan lapangan kerja yang merata pada setiap wilayah di indonesia, hanya saja dari kelima faktor penyebab terhambatnya pertumbuhan ekonomi kita juga perlu meningkatkan penyuluhan-penyuluhan yang bertahap untuk semua wilayah guna mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif yang efisien. Sehingga dapat kita pastikan ditahun-tahun kedepan tidak ada lagi kemiskinan dan pengangguran di negara kita ini.

SARAN
Untuk menghadapi permasalahan pertumbuhan ekonomi di negara kita, perlu adanya penyuluhan-penyuluhan dari pemerintah setempat guna membina wirausahawan-wirausahawan yang baru atau senior, karena dari penghasilan mereka lah kas/devisa negara bertambah. Penciptaan lapangan kerja juga akan timbul dengan sendirinya dari idepokok mereka masing-masing. Tetapi tidak luput dari perhatian pemerintah agar menyediakan fasilitas yang dibutuhkan bagi para pelaku ekonomi, negara akan makmur dan berkembang apabila dilakukan dengan jujur dan tepat sasaran.

SUMBER :